Senin, 21 Juli 2014

#dibuangsayang

Selfie saat bangun tidur di kantor. Dengan efek camera 360 tentunya hihihihi :3

Lelahku

Maafkan aku jika suatu saat aku memutuskan untuk berhenti menujumu. Bukan, bukannya aku lelah padamu. Justru aku sangat memimpikan kau menjadi imamku kelak, menjadi ayah dari anak anak kita. Bersama kita mengarungi rumah tangga. 

Sungguh aku ingin menjadi wanita yang selalu menunggu kepulanganmu, menghapus setiap keringatmu demi masa depan kita dan anak anak kita, mendengar setiap keluh kesahmu, dan menjadi sandaranmu.
Aku ingin menjadi alasanmu selalu tersenyum setiap kau ingat kata rumah.

Aku hanya lelah dengan diriku sendiri. Lelah dengan khayalan khayalanku yang semakin jauh dari kenyataan.
Aku lelah berjuang dengan kesendirian. Jika ternyata kau disana tak berharap akan hal yang sama.

Minggu, 20 Juli 2014

Untittled

Kali ini gw pengen nulis cerpen yang sedikit "tidak biasa". Masih berusaha untuk membuat ending yang tidak bisa ditebak hahahaha. Happy reading guys :D

========

Dimas menutup bukunya. Entah mengapa pikirannya melayang pada pertemuan sore tadi, khususnya pada sesosok mahkluk ciptaan Tuhan yang baru saja ia kenal. Sosoknya yang manis, bersahaja, dan memiliki senyuman mempesona. Sungguh aneh rasanya jatuh hati pada orang yang baru saja ia kenal. Apa ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama  ?
Namanya Dian. Ia dikenalkan secara tidak sengaja oleh seorang teman. Awalnya obrolan mereka terasa canggung, masih basa basi disana sini. Namun tanpa disangka sangka, obrolan berubah menjadi topik yang menarik saat Dimas menyadari bahwa mereka memiliki hobi yang sama, papercraft. Awalnya perhatian Dimas teralihkan pada sesosok boneka kertas yang terletak di atas meja.
“Ini punya siapa ?”
“Punya aku. Kenapa gitu Dim ?”
“Kamu bikin sendiri ?”
“Hehehe iyaaa. Iseng iseng nyoba eh taunya ketagihan sampe sekarang”
“Aku juga maen beginian loh. Ngga nyangka yaa kita punya hobi yang sama”
Obrolan pun mengalir dengan lancar, bahkan diselingi dengan canda tawa diantara keduanya. Sebelum berpisah, mereka sepakat untuk menghadiri pameran papercraft yang akan digelar di Jakarta Convention Center pekan depan. Tentunya setelah saling bertukar Whatsaap dan pin BB.
Di tempat lain, di bawah langit yang sama, sesosok tubuh mungil tengah melamun di beranda rumah. Tanpa ia sadari, sebuah senyum kecil menghias wajahnya saat ia mengeja satu nama. DIMAS.

===========

Dian tengah memainkan keyboard handphonenya. Ia tampak gelisah. Sepuluh menit lagi, Dimas akan datang menjemput dan bersama sama mereka akan menyambangi pameran seperti yang telah dijanjikan.
“Ding dong. Spada ~” suara bass Dimas terdengar ke dalam rumah.
“Iya sebentar” Dian berlari lari kecil menyambut kedatangan Dimas.
“Hai Dimas, berangkat sekarang yuk”
“Yuk. Eh ngga pamit dulu nih sama mama kamu ?”
“Mama lagi ada arisan dan Papa nemenin Mama. Kebetulan aku anak tunggal dan ngga punya pembantu.  Jadi ngga ada siapa siapa di rumah, cuma aku sendiri aja. Gimana ? Laporan aku udah cukup jelas kan ? hehehe”
“yeeeeeee siapa juga yang nanya sedetail itu. Dasar kamu” iseng Dimas menjawil hidung Dian.
“iiiiihhhh Dimaaaasss”
Matahari sudah mulai tergelincir dari tempatnya dan senja sudah mulai menunjukkan bayangannya. Setelah puas berkeliling hampir 3 jam, mereka memutuskan untuk mengakhiri pertemuan di hari ini. Selain capek dan letih, Dimas tidak ingin meninggalkan kesan buruk pada orangtua Dian. Toh hari esok dia akan bertemu kembali dengannya dan menuntaskan rasa kangen. Ah belum berpisah saja sudah terasa rindu.

=============

Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Tak terasa sudah 4 bulan kedekatan mereka terjalin. Besok adalah ulang tahun Dian yang ke 27. Dimas ingin menghadiahkan sebuah kado istimewa untuk Dian. Tak perlu mahal, tak perlu mewah. Yang penting spesial, dari hati khusus untuk orang tersayang.
Lewat bantuan teman teman papercraft-nya, Dimas membuat figur anime favorit Dian, Luffy. Tak tanggung-tanggung, ia membuatnya seukuran orang dewasa. Di tangan Luffy, Dimas menyelipkan sebuah kartu ucapan ulangtahun sekaligus mengutarakan isi hatinya.



Happy birthday Wisnu Diantara.

Would you be mine ?

                Dimas Saputro

Jumat, 11 Juli 2014

Aisha dan Aryo

Intro:
Di cerpen ini gw ingin bermain main dengan alur yang gabisa ditebak. Sedikit sedikit misterius gitu hehehe. Tapi mungkin ada beberapa dari kamu yang bisa langsung nebak endingnya bakal gimana. Apapun itu, happy reading guys :D

=======

Kupatut patut diriku sekali lagi di kaca. Eyeliner udah. Mascara tertata rapi. Blush on sempurna. Lipstick warna cerah. Mmm apalagi yaaa ? Ah iya rambut. Aryo paling suka kalo rambutku digerai tanpa ada hiasan apa apa. Katanya bikin dia gemes dan ngga tahan buat ngacak ngacak rambutku hihihihi
“Kayanya ada yang kurang deh, tapi apa yaa ?”
Aku memandang ke sekeliling kamar dan menemukan bungkusan berwarna kuning di sudut meja. Pie susu kesukaan Aryo ! Aryo pasti seneng banget kalo aku bawain ini. Udah lama banget sejak dia terakhir memakannya.
Sebelum berangkat, kucek kembali BBM dari Aryo yang memberitahukan waktu dan tempat kami bertemu. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu dan melepaskan segenap rasa rindu.
Mas, aku udah berangkat nih. See you soon. Love you :*
Kukirimkan BBM padanya. Ah pending ! Mungkin dia sengaja menonaktifkannya karna masih mengendarai mobil. Begitulah Aryo, selalu patuh pada peraturan lalu lintas. Tak pernah sekalipun dia mengirimkan sms, BBM atau menerima telfon selama berada di jalan. Yasudahlah nanti saja aku menelfonnya.
Bergegas kuturuni tangga rumah. Saat melintasi ruang keluarga, aku melihat mama sedang asik menonton telenovela yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta.
“Ma, Aisha berangkat dulu yaa” pamitku pada mama tercinta
“Kamu mau kemana nak ?”
“Aisha mau ketemu Aryo Ma. Udah lama sejak terakhir kali kami bertemu karna Aryo selalu sibuk dengan kerjaannya. Padahal kan pernikahan kami bulan depan Ma. Aisha sekalian mau ngomongin persiapan pernikahan kami”
Mama hanya memandangku cemas. Aku tau Mama pasti sangat khawatir kepadaku. Sejak kepergian Papa 15 tahun yang lalu, Mama berjuang seorang diri membesarkanku dan adek kecilku, Cherry.
Menjadi single parent tentu tidak mudah. Oleh karena itu, aku pernah mengatakan pada Mama bahwa aku tak keberatan jika Beliau menikah lagi asalkan itu bisa membuatnya bahagia dan meringankan bebannya.
Alih alih mengiyakan pernyataanku, Mama malah tertawa. Baginya kami berdua bukanlah beban, melainkan malaikat kecil yang selalu menerangi hidupnya. Dan bagi Mama juga, Papa adalah cinta pertama dan cinta terakhirnya.
“Kalian mau bertemu dimana ?” pertanyaan Mama membuyarkan lamunanku.
“ Di Kemang Ma. Aisha berangkat dulu yaa Ma. Assalamualaikum” Kukecup tangan Beliau yang penuh kerutan namun berselimutkan kehangatan.
“Hati hati di jalan ya Nak”
==========
You make me wanna say
I do I do I do , do do do do do
Yeah I do I do I do, do do do do do
Cause every time before it’s been like maybe yes maybe no
I can’t live without it, I can’t let it go
Ooh what did I get myself into ? you make me wanna say I do I do I do
Lantunan lagu dari Colbie menemani perjalananku menuju Kemang. Kunikmati arus jalanan yang lancar tanpa adanya kebisingan klason dari pengemudi yang tidak sabaran. Sungguh hari yang tepat untuk bertemu pujaan hati dan memadu tali kasih. Hihihihihi
Kulirik jam mungil pemberian Aryo di dashboard mobil. Waktu menunjukkan jarum jam di angka empat. Lebih cepat dari yang kuperkirakan. Tak apalah menunggu 15 menit daripada membiarkan Aryo yang menungguku. Kan kasian…..
Segera setelah turun dari mobil, aku melangkahkan kaki menuju tempat janjian kami. Casa Café . Casa disadur dari bahasa Italia yang berartikan rumah. Pemilik café ini memang mengusung konsep hommie sehingga setiap pengunjung yang datang akan merasa betah dan nyaman, seperti di rumah sendiri. Pemilik café juga melengkapi interior ruangan dengan menggantungkan sebuah jam dinding besar, warisan turun temurun dari keluarganya. Terkesan klasik dan apik. Inilah salah satu alasan yang menjadikan café ini sebagai tempat favorit kami bertemu. Selain yaa karna di café inilah pertemuan pertama kami terjadi.
Kususuri satu persatu pajangan foto yang menempel di dinding café. Ya, setiap tamu memiliki kebebasan untuk memamerkan kebahagiaannya lewat sebuah foto. Mataku segera menemukan salah satu foto yang berada di pojok kanan atas. Foto aku dan Mas Aryo, sedang tertawa bersama. Ada kisah di balik foto ini. Saat itu salah seorang pegawai café iseng mengambil foto kami berdua secara candid. Tak disangka hasilnya bagus dan menjadi ide dasar untuk menghiasi dinding-dinding café dengan foto pelanggan.
Puas bernostalgia, aku segera mencari tempat duduk. Tak perlu menunggu lama, aku melambaikan tangan pada salah satu waitress yang sudah kukenal. Namanya Riri.
“Hai Mba Aisha. Apa kabar ? Udah lama nih ngga pernah kesini” sapanya riang.
“Alhamdulillah baik Ri. Maaf yaa aku baru sempet kesini, pekerjaanku lagi sibuk sibuknya nih”
“Iya gapapa Mba. Kesini sama siapa Mba ? Sendiri aja ?” Riri mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan.
“iya Ri aku sendirian aja. Tapi bentar lagi Mas Aryo dateng ko”
“Aryo ?”
“iya Mas Aryo. Masa kamu lupa sih sama dia ?”
“tapi Mba, bukannya Mas Aryo…. “
“Riri !” panggilan manajer café memutuskan obrolan kami.
“Bentar yaa Mbak. Aku kesana dulu. Oh ya Mba mau pesen apa ?”
“Seperti biasa aja yaa, ice matcha tea”
“Oke. Mba gapapa kan aku tinggal sendiri ?”
“Iya gapapa ko, bentar lagi kan mas Aryo juga dateng”
Namun Riri masih mematung di posisi berdirinya.
“Hei ko malah ngelamun ? udah sana. Nanti kamu dimarahin bos loh”
Dengan langkah enggan Riri beranjak meninggalkanku. Seperti tak rela, dia berkali kali menolehkan pandangannya padaku. Aku memberikan gesture “mengusir” padanya dan memberikan semangat lewat kepalan tangan bak pejuang kemerdekaan.
Kudial nomor Aryo.
Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah sesaat lagi.
“Duh Aryo kemana sih ?” Dengan perasaan kesal dan tidak sabaran, aku mencoba menelfonnya berkali kali. Tapi hasilnya selalu sama. Mail box.
Setengah putus asa kuhentikan usahaku menghubunginya. Sudah sejam lebih Aryo terlambat. Tak biasa biasanya dia seperti ini. Kuseruput minumku yang  hanya menyisakan cube ice nya. Tiba tiba handphoneku berdering. Dengan penuh semangat kuraih gadget putih itu. Awas aja ya Mas, kamu harus menyiapkan seribu satu alasan bagus kalo nggak mau aku omel omelin. Harapan tinggal harapan. Ternyata yang menelfonku adalah Mama.
“Assalamulaikum. Ada apa Ma ?”
“Nak, kamu bisa susul Mama ke Rumah Sakit ngga ?” Mama bertanya dengan suara lemah hampir hampir tak terdengar.
“Mama sakit ? Aku segera kesana yaa Ma, tunggu aku”
Telfon terputus. Dengan tergesa gesa aku meninggalkan café dan beberapa lembar kertas biru berlatar belakang I Gusti Ngurah Rai. Aku benar benar panik hingga tak sempat pamit pada Riri.
Kupacu mobil dengan kecepatan tinggi. Aku benar benar ingin segera sampai di rumah sakit.  Aku takut terjadi sesuatu dengan Mama, apalagi akhir akhir ini Beliau sering mengeluh sakit kepala.
“Oh iya janji dengan Mas Aryo gimana nih ?” relfeks kutepuk jidat, terlalu keras hingga menyisakan cap merah disana. Auw !
Ah gampanglah, kuminta saja dia menyusulku ke rumah sakit.
=================
Sesampainya di rumah sakit, aku melihat Mama tengah duduk termenung di lobi.
“Ma, mama kenapa ? Mama sakit apa ? Ko ngga bilang sama Aisha ? Kan bisa Aisha anterin”
“Mama ngga kenapa kenapa ko. Maaf yaa udah bikin kamu khawatir. Mama ingin memperkenalkan teman Mama sama kamu. Kamu ngga keberatan kan ?” mama membelai kepalaku dengan lembut.
“Ya ampun Mama, kenapa ngga bilang dari tadi ? aku pikir Mama kenapa kenapa. Ya pasti boleh dong Ma. Sekarang temen Mama mana ?”
Mama tak menjawab pertanyaanku. Beliau menuntunku ke sebuah ruangan.
“Temen Mama ada di dalam. Kamu temui dia di dalam ya. Namanya Tante Lisa”
Sekilas aku melihat nama ruangan tersebut.
Ruang Psikiater.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam. Masuk masuk sayang. Kamu pasti namanya Aisha yaa ? Kamu cantik sekali” sapa Tante Lisa dengan ramah.
“Terima kasih Tante. Mama bilang Tante ada perlu sama aku yaa ? kalo boleh tau, ada apa yaa Tan ?” tanya dengan sopan.
“Nggak ada apa apa ko cantik. Tante cuma pengen ngobrol ngobrol sama kamu. Boleh kan Tante minta waktu kamu ?”
“Iya pasti boleh dong Tan”
Hampir dua jam lebih aku menghabiskan waktu bersama Tante Lisa. Beliau sangat baik, ramah, dan pintar. Walaupun ada beberapa pertanyaannya yang mengganjal dan terasa aneh.
“Oke makasih yaa sayang. Tante boleh minta tolong ngga ? Tolong panggilin Mama kamu yaa”
“Baik Tan”
“Ma, Mama dipanggil Tante Lisa tuh”
“Oh iya sayang ? kalo gitu Mama temui Tante Lisa dulu yaa. Kamu bisa tunggu Mama ? jalan jalan aja dulu di sekitar taman. Nanti Mama telfon kalo udah kelar. Is it okey darling ?”
“sure Mam”
================
Sementara itu di Ruang Psikiater,
“Bagaimana Dok dengan kondisi anak saya ?”
“Begini Bu. Trauma yang dialami oleh Aisha cukup berat. Kondisi kejiwaannya mengalami gangguan. Dalam bahasa kedokteran, biasa dikenal dengan istilah Psikosis. Kondisi dimana penderita tidak mampu menerima realita dengan fantasi dirinya sehingga menimbulkan sebuah halusinasi. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan Aisha untuk menerima kenyataan bahwa Aryo telah meninggal sejak tiga bulan lalu. Oleh karena itu tanpa ia sadari, ia masih menganggap bahwa Aryo masih ada dan pernikahan mereka akan segera berlangsung”
“Lalu apa yang harus saya lakukan ? Saya tidak tega melihat keadaan Aisha Dok. Mungkin dia terlihat baik baik saja. tapi sebenarnya dia sangat rapuh” wanita itu mulai terisak.
“Saya mengerti Bu. Namun kita tidak bisa mengatakan secara langsung kepada Aisha akan kenyataan sebenarnya. Hal ini justru akan lebih menggoncang jiwanya dan malah membuat keadaaan semakin parah. Saran saya, Aisha harus menjalani terapi. Butuh waktu memang, tapi inilah langkah terbaik yang dapat kita lakukan”
“Saya setuju Dok. Apapun itu asalkan bisa membuat putri sulung saya kembali seperti semula”
=============
“Cuaca hari ini begitu cerah. Coba kalo ada Mas Aryo. Oh iya aku belum menghubunginya”
Sekali lagi kucoba menelfon Mas Aryo.
Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Cobalah sesaat lagi.
Ah lagi lagi mail box ! kamu kemana sih Mas ?




Cerpen Akoeh yang Cheesy :p

Intro:
Sebelumnya gw udah jelasin kalo gw tertantang nulis cerpen setelah baca cerpennya @amrazing. Trus gw minta Uwik (temen kantor gw) buat ngasih gw tantangan. Doi nyuruh gw nulis cerpen dimana harus ada tiga kata yang udah dia tentuin dan harus ada di dalam cerpen.
tiga kata itu adalah : cabul, bully, tertohok
Dan inilah cerpen yang gw tulis di sela sela pekerjaan kantor hahahaha. Maap yee kalo rada rada tennlit ato sedikit "cheesy". Happy reading guys :D

=======

I'm friends with the monster that's under my bed
Get along with the voices inside of my head
You're trying to save me, stop holding your breath
And you think I'm crazy, yeah, you think I'm crazy
Suara indah Rihanna mengalun kencang lewat nada dering handphoneku. Dengan mata setengah terpejam kuraih iphone yang berada tepat di samping kasur. 02.15. SULIS. Oh Sh*t. ada apa dengan bocah ini ? Mungkin hidupnya di dunia hanya didedikasikan untuk menganggu ketenanganku saja. Ingin rasanya membiarkan Rihanna terus berteriak kencang tapi Sulis tentu takkan tinggal diam. Ia pasti akan meneror dan terus meneror, memastikan aku mengangkat telfonnya.
“Kenape ?” sengaja kuselipkan nada judes agar dia merasa bersalah telah mengangguku.
“Uwiiikkkkkkk !!!!!!” terdengar suara girang Sulis dari seberang sana.
“Ada apa sih Lis ? Lo gatau ini jam berapa ??? jablay aja baru pulang tauk”
“Hahaha ko lo tau banget sih jadwalnya para jablay ? Sering diajak mangkal sama mereka yaa ? hahaha”
Belum sempat aku membalas ledekannya, dia kembali berkata “Hari ini kan ulangtaun gue wik. Masa lo lupa sih ? pokoknya hari ini lo harus mau nemenin gw kemana pun gw mau. Ntar gue jemput yaa. Dah wiiiiikk..”
Klik.
Telfon pun terputus tanpa sempat ku menolak perintahnya. Iya perintahnya dan bukan ajakannya. O M A I G A T. Dosa apa yang telah kuperbuat di masa lalu Tuhan ??? Kenapa hidupku miris seperti ini ?
Ah sudahlah, percuma saja aku menggerutu. Lebih baik aku kembali tidur sebelum setan itu datang dan merusak hari indahku.
====

Hai. Perkenalkan namaku Dwi Indah. Biasa dipanggil Uwik. Umurku 22 tahun. Aku imut, lucu, mungil, dan menyenangkan *setidaknya menurutku*
Apa ? kalian penasaran tentang pria semalem ? percayalah padaku, tak ada untungnya bagi kalian mengenalnya. Oke oke aku akan menjelaskan jika kalian memaksa. Toh aku tak ada pilihan lain kan -____-
Namanya Sulis. Dia 3 tahun lebih tua dariku. Aku dan Sulis telah saling mengenal bahkan sejak kami masih berada di kandungan ibu kami masing masing. Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi yaa memang begitulah keadaannya.
26 tahun lalu ibu Sulis yang notabene adalah pendatang baru di kompleks kami berinisiatif untuk mendekati ibuku. Ia sering mengirimkan makanan atau masakan buatannya yang terkenal amat sangat lezat. Dan sejak itulah kedua ibu kami saling dekat.
“brug brug brug”
Suara langkah kaki membuyarkan lamunanku. Huh ! Aku tau pasti siapa dalang dibalik langkah kaki ini. Dan dalam hitungan ketiga, satu dua ti ….
“Uwiiikkkkkk” sesosok kepala muncul dari balik pintu kamarku.
“yok kita berangkat” sapanya dengan suara ceria.
“mau kemana sih lis ? lo udah gede. Udah ga jaman ngerayain ulangtaun. Kaya masa kecil kurang bahagia aja” sahutku ketus.
“oh jadi lo gamau nemenin gue ? yaudah deh kalo gitu”
“iya iya gue temenin”
“ah lo emang paling baik sedunia” jawab Sulis sambil berusaha memeluk ku. Untung aku sempat menghindar.
Yah begitulah aku. Selalu tak tega menolak jika dia sudah mulai mengeluarkan jurus terjitunya, memelas dengan tampang anak kecil. Tak pernah sekalipun aku menolak perintah dan selalu mengikuti setiap kemauannya. Padahal dia selalu membullyku. Ah mungkin aku memang terlalu lemah dan bodoh.

Satu jam kemudian kami berdua sudah berada di salah satu mall terbesar di Indonesia. Dan kalian tau dia mengajakku kemana ? Menemaninya kencan buta !
Kenapa sih wik hidup lo begini amat ? pacar ga punya, sahabat pun kerjaannya nindas mulu.
“wik gue deg degan nih. Gue baru kenal sebulan yang lalu via path. Doi duluan yang add gw. Anaknya manis banget loh. Kalo di foto sih boobsnya gede, lo mah kalah wik hahaha”
Kampret. Dasar otak cabul bin mesum.
Refleks aku injek aja kakinya biar tau rasa sekalian. Enak aja ngata ngain orang.
“ampun wik ampun, gue becanda doang kali. Gitu aja marah hahaha. Eh gw udah ganteng belom wik ? wangi ngga ? gue ngga keliatan ..”
“itu dia bukan ? “ potongku.
Mata Sulis langsung mengikuti telunjuk jariku. Dan yup dugaanku benar. Dari arah selatan muncul seorang perempuan manis *oke aku akuin” dan *ehem* sangat feminim. Beda sekali denganku yang berpenampilan apa adanya. Kenapa aku ga dandan dulu sih tadi ? kan seengganya ga malu maluin banget kaya sekarang.
“Hai. Kamu pasti Sulis yaa ? aku bella” sapanya sok ramah.
Otakku segera menscanning dengan cepat. Penampilan ? hmm not bad. Muka ? ga jelek sih tapi ga secakep di path, pasti efek camera 365 hahaha. Tanpa kusadari aku mengeluarkan suara tawa dan mengundang pandangan aneh dari Sulis.
“lo kenapa wik ? gila ? tiba tiba ketawa gitu..”
“gapapa ko. Udah kalian ngedate aja sana. Gue mau ke aigner dulu”. Sialan Sulis, bukannya ngebela aku malah ngeledek. Mending cuci mata di toko kesayangan.
Akupun pergi meninggalkan Sulis dan Bella berduaan. Daripada jadi obat nyamuk ? Ihh ogah banget.
Namun sebelum aku pergi meninggalkan mereka, selintas aku melihat Bella merangkul lengan Sulis.
Jleb !
Ko kaya ada rasa tertohok gitu ? Ah mungkin efek belum makan malam nih. Ngga mungkin aku kesel ngeliat mereka bermesraan. Toh selama ini aku ga pernah nggap Sulis lebih dari sekedar tukang bully.
Baru 30 menit aku berada di Aigner, iya aku memang teramat betah kalau sudah berada disini, Iphoneku memekik riang dan tertera nama Sulis disana.
“ iya kenapa lis ? gue gamau ganggu first date kalian”
“lo dimana ?”
“gue di Aigner. Kenapa ? udah kelar kencannnya ?”
“gue kesana yaa. Tungguin”
Tak sampai 10 menit, Sulis pun datang menghampiriku.
“udah makan belom ? gue traktir. Kan gue ulangtaun”
“tapi gue ngga nyiapin kado apa apa buat lo”
“ngga usah. Lo aja udah lebih dari cukup ko buat gue”
“hah ? lo sakit yaa lis ?” aku pun meraba keningnya. Tapi tak ada tanda tanda panas tuh.
Sulis hanya memandangku lembut dan meraih tanganku.
Deg !
Ko tiba tiba aku jadi salah tingkah gini sih ? dan kenapa aku nerima aja dia megang tanganku ? seharusnya aku minggirin tangannya dia dong dan bukannya menikmati seperti saat ini. Apah ? menikmati ? oh God, just kill me now !

“Mau pesen apa ?”
“apa aja deh yang penting mengenyangkan. Gue laper banget nih gara gara nungguin lo kelar ngedate”
Setelah selesai memesan, aku merasa Sulis hanya memandangiku. Apa banget sih Sulis. Kenapa jadi aneh gini sih ?
“lo kenapa lis ? daritadi aneh banget gue perhatiin. Lo kesambet ?”
“Don’t you fell some heartache inside ?”
“hah ? sakit jiwa nih anak “
“hahaha uwik. Lo ngga ngerasa cemburu gue bareng bella tadi ?”
Deg ! Sulis tau gue cemburu ? ah ga mungkin.
“ ih apaan ? ngarang deh lo”
“okey kalo lo emang gamau ngakuinnya, then let me take the lead. Gue suka sama lo wik. Alesan gue selalu ngangguin lo karna gue pengen lo terbiasa dengan keberadaan gue sampe sampe lo gabisa kalo gada gue. Childish memang. Tapi inilah gue. Gue memang ga romantis”
“Lo serius lis ? karna kalo lo becanda ini ngga lucu sama sekali” tegasku.
“kalo lo segitu ngga yakinnya sama gue, lo bisa liat dan bedain sendiri, gue boong apa ngga. Lo kenal gue udah lama wik, jadi lo pasti tau kapan gue becanda dan kapan gue serius”
Aku melihat matanya. Tak ada kesangsian disana. Dan saat ku mendengar suaranya tadi, aku tak merasakan sedikitpun keraguan.
“Sumpah gue kaget banget denger pernyataan lo dan gue gatau harus ngerespon apa. Jujur gue cemburu saat Bella dengan gatelnya ngerangkul rangkul lo. Gue aja temen lo dari kecil, ngga pernah lis. Tapi gue juga gatau dengan perasaan gue sendiri”
“iya wik, gapapa ko. Pelan pelan aja yaa” Sulis pun membelai lembut kepalaku.
Aku mengangguk pelan.
Oh men, sulis ngga pernah se sweet ini. Apakah aku juga suka sama Sulis ? aku gatau tapi aku suka dengan perlakuan barunya, suka banget.
Biarlah, biarkan waktu yang menjawab. Karna toh tak ada deadline dalam hubungan kami.
Kekekkekekek ~

Blog Aku Aktip Lagi :D

Setelah hampir setahun pergi tanpa jejak ......

Kau datang dan pergi sesuka hatimu
ooowww ~
Kejamnya dikau
Sakitnya hati padamu

Akhirnya gw kembali menjamah blog kesayangan. Sebenernya gw juga punya tumblr yang umurnya udah setaun *gw juga tau karna ada notif di gmail*
Bak kekasih gelap/kekasih bayangan atau sebagai kekasih yang tak dianggap aku hanya bisa mencoba bertahan, kuyakin kau kan berubah *lama lama gw kaya saipul jamil nih*apa apa dinyanyiin*ampuni aim yaoloh*

Si tumblr ini sering gw cuekin. Gw juga bikinnya gegara ikut ikutan, panas liat geng sebelah punya tumblr.
Gimana mau ngrusin tumblr, blog ini aja tumbuh tanpa arah dan tujuan, apalagi luapan tatih tayang. Yaa wajarlah si tumblr sedikit terabaikan. Apalagi gw kan orangnya tipe setia. Uhuk ! *Ngga ada hubungannya meg*

Mungkin kalo tumblr itu bisa ngomong, dia udah bisa panggil mama papa. Udah bisa jalan jalan lucu dengan tertatih tertatih, ato mungkin udah bisa nyanyi teganya teganya teganya ~ *tuh kan nyanyi lagi*

Gw juga gatau isi tumblr gw apaan. Mungkin hanya beberapa kalimat pengantar atau malah kosong sama sekali. Yaa ngga beda jauh lah sama hati gw. Kosong dan hampa.
#abaikan#mega mulai curhat#penyakit galaunya kambuh#maklum gada duit buat beli obat#udah dong hashtagnya#kebanyakan euy !#

Anyway, hari ini gw bakal isi blog dengan beberapa cerpen gw. Ngga banyak sih sebenernya, cuma dua hehehe.
Awal mula ceritanya sampe kenapa gw bisa bikin cerpen, jadi gw abis kepoin twitternya @amrazing. Dan disalah satu twitnya ada link yang menghubungkan twitter doi dengan blognya. Dan disanalah gw mendapat ilham. Gw resapi cerpennya dan menurut gw bagus anet !
Sejak itulah gw merasa tertarik dan tertantang untuk menulis cerpen. Apalagi gw kan kerja sebagai Creative/Scriptwriter di Indosiar (Iya gw tau ini mantan tipi elang dan naga terbang, tapi sekarang udah ngga ko. Kita udah move on jadi tivi dangdut berbasiskan syariah solalilali solalala ~)
Kerjaan gw pastinya bergubungan dengan dunia tulis menulis dong.

So, ngga ada salahnya gw mencoba menulis cerpen. Gw pribadi menganggap menulis itu adalah hal yang gw sukai dan menyenangkan (seengganya sampe detik gw menulis ini). Tulus juga bilang begitu ko ~
Yaa walaupun kadang suka bingung harus menulis dari mana, gimana cara nyingkronin dari satu topik ke topik lainnya, nyari ide nulis/cerita, gimana cara bikin tulisan itu tetap menarik dan enak dibaca. Dan satu lagi, gimana caranya biar ngga males nulis. Ini nih paling krusial dan paling penting.
Anggap ajalah ini seninya menulis hahahaha

Udah ah, muqadimahnya kepanjangan deh. Mending langsung pindah lapak ke cerpen gw. Yuks berangkat :D