Selfie saat bangun tidur di kantor. Dengan efek camera 360 tentunya hihihihi :3
Senin, 21 Juli 2014
Lelahku
Maafkan aku jika suatu saat aku memutuskan untuk berhenti menujumu. Bukan, bukannya aku lelah padamu. Justru aku sangat memimpikan kau menjadi imamku kelak, menjadi ayah dari anak anak kita. Bersama kita mengarungi rumah tangga.
Sungguh aku ingin menjadi wanita yang selalu menunggu kepulanganmu, menghapus setiap keringatmu demi masa depan kita dan anak anak kita, mendengar setiap keluh kesahmu, dan menjadi sandaranmu.
Aku ingin menjadi alasanmu selalu tersenyum setiap kau ingat kata rumah.
Aku hanya lelah dengan diriku sendiri. Lelah dengan khayalan khayalanku yang semakin jauh dari kenyataan.
Aku lelah berjuang dengan kesendirian. Jika ternyata kau disana tak berharap akan hal yang sama.
Minggu, 20 Juli 2014
Untittled
Kali ini gw pengen nulis cerpen yang sedikit "tidak biasa". Masih berusaha untuk membuat ending yang tidak bisa ditebak hahahaha. Happy reading guys :D
========
Dimas menutup
bukunya. Entah mengapa pikirannya melayang pada pertemuan sore tadi, khususnya
pada sesosok mahkluk ciptaan Tuhan yang baru saja ia kenal. Sosoknya yang
manis, bersahaja, dan memiliki senyuman mempesona. Sungguh aneh rasanya jatuh
hati pada orang yang baru saja ia kenal. Apa ini yang namanya jatuh cinta pada
pandangan pertama ?
Namanya Dian. Ia
dikenalkan secara tidak sengaja oleh seorang teman. Awalnya obrolan mereka
terasa canggung, masih basa basi disana sini. Namun tanpa disangka sangka,
obrolan berubah menjadi topik yang menarik saat Dimas menyadari bahwa mereka
memiliki hobi yang sama, papercraft.
Awalnya perhatian Dimas teralihkan pada sesosok boneka kertas yang terletak di
atas meja.
“Ini punya siapa
?”
“Punya aku.
Kenapa gitu Dim ?”
“Kamu bikin
sendiri ?”
“Hehehe iyaaa.
Iseng iseng nyoba eh taunya ketagihan sampe sekarang”
“Aku juga maen
beginian loh. Ngga nyangka yaa kita punya hobi yang sama”
Obrolan pun
mengalir dengan lancar, bahkan diselingi dengan canda tawa diantara keduanya. Sebelum
berpisah, mereka sepakat untuk menghadiri pameran papercraft yang akan digelar di Jakarta Convention Center pekan
depan. Tentunya setelah saling bertukar Whatsaap
dan pin BB.
Di tempat lain,
di bawah langit yang sama, sesosok tubuh mungil tengah melamun di beranda
rumah. Tanpa ia sadari, sebuah senyum kecil menghias wajahnya saat ia mengeja
satu nama. DIMAS.
===========
Dian tengah
memainkan keyboard handphonenya. Ia tampak gelisah. Sepuluh menit lagi, Dimas
akan datang menjemput dan bersama sama mereka akan menyambangi pameran seperti
yang telah dijanjikan.
“Ding dong.
Spada ~” suara bass Dimas terdengar ke dalam rumah.
“Iya sebentar”
Dian berlari lari kecil menyambut kedatangan Dimas.
“Hai Dimas,
berangkat sekarang yuk”
“Yuk. Eh ngga
pamit dulu nih sama mama kamu ?”
“Mama lagi ada
arisan dan Papa nemenin Mama. Kebetulan aku anak tunggal dan ngga punya
pembantu. Jadi ngga ada siapa siapa di
rumah, cuma aku sendiri aja. Gimana ? Laporan aku udah cukup jelas kan ?
hehehe”
“yeeeeeee siapa
juga yang nanya sedetail itu. Dasar kamu” iseng Dimas menjawil hidung Dian.
“iiiiihhhh
Dimaaaasss”
Matahari sudah
mulai tergelincir dari tempatnya dan senja sudah mulai menunjukkan bayangannya.
Setelah puas berkeliling hampir 3 jam, mereka memutuskan untuk mengakhiri pertemuan
di hari ini. Selain capek dan letih, Dimas tidak ingin meninggalkan kesan buruk
pada orangtua Dian. Toh hari esok dia akan bertemu kembali dengannya dan
menuntaskan rasa kangen. Ah belum berpisah saja sudah terasa rindu.
=============
Hari berganti
minggu. Minggu berganti bulan. Tak terasa sudah 4 bulan kedekatan mereka
terjalin. Besok adalah ulang tahun Dian yang ke 27. Dimas ingin menghadiahkan
sebuah kado istimewa untuk Dian. Tak perlu mahal, tak perlu mewah. Yang penting
spesial, dari hati khusus untuk orang tersayang.
Lewat bantuan
teman teman papercraft-nya, Dimas
membuat figur anime favorit Dian, Luffy. Tak tanggung-tanggung, ia membuatnya
seukuran orang dewasa. Di tangan Luffy, Dimas menyelipkan sebuah kartu ucapan
ulangtahun sekaligus mengutarakan isi hatinya.
Happy birthday Wisnu
Diantara.
Would you be mine ?
Dimas Saputro
Jumat, 11 Juli 2014
Aisha dan Aryo
Intro:
Di cerpen ini gw ingin bermain main dengan alur yang gabisa ditebak. Sedikit sedikit misterius gitu hehehe. Tapi mungkin ada beberapa dari kamu yang bisa langsung nebak endingnya bakal gimana. Apapun itu, happy reading guys :D
=======
Kupatut patut
diriku sekali lagi di kaca. Eyeliner udah. Mascara tertata rapi. Blush on
sempurna. Lipstick warna cerah. Mmm apalagi yaaa ? Ah iya rambut. Aryo paling
suka kalo rambutku digerai tanpa ada hiasan apa apa. Katanya bikin dia gemes
dan ngga tahan buat ngacak ngacak rambutku hihihihi
“Kayanya ada yang
kurang deh, tapi apa yaa ?”
Aku memandang ke
sekeliling kamar dan menemukan bungkusan berwarna kuning di sudut meja. Pie
susu kesukaan Aryo ! Aryo pasti seneng banget kalo aku bawain ini. Udah lama banget
sejak dia terakhir memakannya.
Sebelum
berangkat, kucek kembali BBM dari Aryo yang memberitahukan waktu dan tempat
kami bertemu. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu dan melepaskan segenap
rasa rindu.
Mas, aku udah berangkat nih. See you soon.
Love you :*
Kukirimkan BBM
padanya. Ah pending ! Mungkin dia sengaja menonaktifkannya karna masih
mengendarai mobil. Begitulah Aryo, selalu patuh pada peraturan lalu lintas. Tak
pernah sekalipun dia mengirimkan sms, BBM atau menerima telfon selama berada di
jalan. Yasudahlah nanti saja aku menelfonnya.
Bergegas
kuturuni tangga rumah. Saat melintasi ruang keluarga, aku melihat mama sedang asik
menonton telenovela yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta.
“Ma, Aisha
berangkat dulu yaa” pamitku pada mama tercinta
“Kamu mau kemana
nak ?”
“Aisha mau
ketemu Aryo Ma. Udah lama sejak terakhir kali kami bertemu karna Aryo selalu
sibuk dengan kerjaannya. Padahal kan pernikahan kami bulan depan Ma. Aisha
sekalian mau ngomongin persiapan pernikahan kami”
Mama hanya
memandangku cemas. Aku tau Mama pasti sangat khawatir kepadaku. Sejak kepergian
Papa 15 tahun yang lalu, Mama berjuang seorang diri membesarkanku dan adek
kecilku, Cherry.
Menjadi single
parent tentu tidak mudah. Oleh karena itu, aku pernah mengatakan pada Mama
bahwa aku tak keberatan jika Beliau menikah lagi asalkan itu bisa membuatnya
bahagia dan meringankan bebannya.
Alih alih
mengiyakan pernyataanku, Mama malah tertawa. Baginya kami berdua bukanlah
beban, melainkan malaikat kecil yang selalu menerangi hidupnya. Dan bagi Mama
juga, Papa adalah cinta pertama dan cinta terakhirnya.
“Kalian mau
bertemu dimana ?” pertanyaan Mama membuyarkan lamunanku.
“ Di Kemang Ma.
Aisha berangkat dulu yaa Ma. Assalamualaikum” Kukecup tangan Beliau yang penuh
kerutan namun berselimutkan kehangatan.
“Hati hati di
jalan ya Nak”
==========
You make me wanna say
I do I do I do , do do do do do
Yeah I do I do I do, do do do do do
Cause every time before it’s been like maybe
yes maybe no
I can’t live without it, I can’t let it go
Ooh what did I get myself into ? you make me
wanna say I do I do I do
Lantunan lagu
dari Colbie menemani perjalananku menuju Kemang. Kunikmati arus jalanan yang
lancar tanpa adanya kebisingan klason dari pengemudi yang tidak sabaran.
Sungguh hari yang tepat untuk bertemu pujaan hati dan memadu tali kasih.
Hihihihihi
Kulirik jam
mungil pemberian Aryo di dashboard mobil. Waktu menunjukkan jarum jam di angka
empat. Lebih cepat dari yang kuperkirakan. Tak apalah menunggu 15 menit
daripada membiarkan Aryo yang menungguku. Kan kasian…..
Segera setelah
turun dari mobil, aku melangkahkan kaki menuju tempat janjian kami. Casa Café . Casa disadur dari bahasa Italia yang berartikan rumah. Pemilik café
ini memang mengusung konsep hommie
sehingga setiap pengunjung yang datang akan merasa betah dan nyaman, seperti di
rumah sendiri. Pemilik café juga melengkapi interior ruangan dengan
menggantungkan sebuah jam dinding besar, warisan turun temurun dari keluarganya.
Terkesan klasik dan apik. Inilah salah satu alasan yang menjadikan café ini
sebagai tempat favorit kami bertemu. Selain yaa karna di café inilah pertemuan
pertama kami terjadi.
Kususuri satu
persatu pajangan foto yang menempel di dinding café. Ya, setiap tamu memiliki
kebebasan untuk memamerkan kebahagiaannya lewat sebuah foto. Mataku segera
menemukan salah satu foto yang berada di pojok kanan atas. Foto aku dan Mas
Aryo, sedang tertawa bersama. Ada kisah di balik foto ini. Saat itu salah seorang
pegawai café iseng mengambil foto kami berdua secara candid. Tak disangka
hasilnya bagus dan menjadi ide dasar untuk menghiasi dinding-dinding café
dengan foto pelanggan.
Puas
bernostalgia, aku segera mencari tempat duduk. Tak perlu menunggu lama, aku
melambaikan tangan pada salah satu waitress yang sudah kukenal. Namanya Riri.
“Hai Mba Aisha.
Apa kabar ? Udah lama nih ngga pernah kesini” sapanya riang.
“Alhamdulillah
baik Ri. Maaf yaa aku baru sempet kesini, pekerjaanku lagi sibuk sibuknya nih”
“Iya gapapa Mba.
Kesini sama siapa Mba ? Sendiri aja ?” Riri mengedarkan pandangan ke sekeliling
ruangan.
“iya Ri aku
sendirian aja. Tapi bentar lagi Mas Aryo dateng ko”
“Aryo ?”
“iya Mas Aryo.
Masa kamu lupa sih sama dia ?”
“tapi Mba,
bukannya Mas Aryo…. “
“Riri !”
panggilan manajer café memutuskan obrolan kami.
“Bentar yaa
Mbak. Aku kesana dulu. Oh ya Mba mau pesen apa ?”
“Seperti biasa
aja yaa, ice matcha tea”
“Oke. Mba gapapa
kan aku tinggal sendiri ?”
“Iya gapapa ko,
bentar lagi kan mas Aryo juga dateng”
Namun Riri masih
mematung di posisi berdirinya.
“Hei ko malah
ngelamun ? udah sana. Nanti kamu dimarahin bos loh”
Dengan langkah
enggan Riri beranjak meninggalkanku. Seperti tak rela, dia berkali kali
menolehkan pandangannya padaku. Aku memberikan gesture “mengusir” padanya dan
memberikan semangat lewat kepalan tangan bak pejuang kemerdekaan.
Kudial nomor
Aryo.
Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau
berada di luar jangkauan. Cobalah sesaat lagi.
“Duh Aryo kemana
sih ?” Dengan perasaan kesal dan tidak sabaran, aku mencoba menelfonnya berkali
kali. Tapi hasilnya selalu sama. Mail box.
Setengah putus
asa kuhentikan usahaku menghubunginya. Sudah sejam lebih Aryo terlambat. Tak
biasa biasanya dia seperti ini. Kuseruput minumku yang hanya menyisakan cube ice nya. Tiba tiba
handphoneku berdering. Dengan penuh semangat kuraih gadget putih itu. Awas aja
ya Mas, kamu harus menyiapkan seribu satu alasan bagus kalo nggak mau aku omel
omelin. Harapan tinggal harapan. Ternyata yang menelfonku adalah Mama.
“Assalamulaikum.
Ada apa Ma ?”
“Nak, kamu bisa
susul Mama ke Rumah Sakit ngga ?” Mama bertanya dengan suara lemah hampir
hampir tak terdengar.
“Mama sakit ? Aku
segera kesana yaa Ma, tunggu aku”
Telfon terputus.
Dengan tergesa gesa aku meninggalkan café dan beberapa lembar kertas biru
berlatar belakang I Gusti Ngurah Rai. Aku benar benar panik hingga tak sempat
pamit pada Riri.
Kupacu mobil
dengan kecepatan tinggi. Aku benar benar ingin segera sampai di rumah sakit. Aku takut terjadi sesuatu dengan Mama, apalagi
akhir akhir ini Beliau sering mengeluh sakit kepala.
“Oh iya janji
dengan Mas Aryo gimana nih ?” relfeks kutepuk jidat, terlalu keras hingga
menyisakan cap merah disana. Auw !
Ah gampanglah,
kuminta saja dia menyusulku ke rumah sakit.
=================
Sesampainya di
rumah sakit, aku melihat Mama tengah duduk termenung di lobi.
“Ma, mama kenapa
? Mama sakit apa ? Ko ngga bilang sama Aisha ? Kan bisa Aisha anterin”
“Mama ngga
kenapa kenapa ko. Maaf yaa udah bikin kamu khawatir. Mama ingin memperkenalkan
teman Mama sama kamu. Kamu ngga keberatan kan ?” mama membelai kepalaku dengan
lembut.
“Ya ampun Mama,
kenapa ngga bilang dari tadi ? aku pikir Mama kenapa kenapa. Ya pasti boleh
dong Ma. Sekarang temen Mama mana ?”
Mama tak
menjawab pertanyaanku. Beliau menuntunku ke sebuah ruangan.
“Temen Mama ada
di dalam. Kamu temui dia di dalam ya. Namanya Tante Lisa”
Sekilas aku
melihat nama ruangan tersebut.
Ruang Psikiater.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam.
Masuk masuk sayang. Kamu pasti namanya Aisha yaa ? Kamu cantik sekali” sapa Tante
Lisa dengan ramah.
“Terima kasih
Tante. Mama bilang Tante ada perlu sama aku yaa ? kalo boleh tau, ada apa yaa
Tan ?” tanya dengan sopan.
“Nggak ada apa
apa ko cantik. Tante cuma pengen ngobrol ngobrol sama kamu. Boleh kan Tante
minta waktu kamu ?”
“Iya pasti boleh
dong Tan”
Hampir dua jam
lebih aku menghabiskan waktu bersama Tante Lisa. Beliau sangat baik, ramah, dan
pintar. Walaupun ada beberapa pertanyaannya yang mengganjal dan terasa aneh.
“Oke makasih yaa
sayang. Tante boleh minta tolong ngga ? Tolong panggilin Mama kamu yaa”
“Baik Tan”
“Ma, Mama
dipanggil Tante Lisa tuh”
“Oh iya sayang ?
kalo gitu Mama temui Tante Lisa dulu yaa. Kamu bisa tunggu Mama ? jalan jalan
aja dulu di sekitar taman. Nanti Mama telfon kalo udah kelar. Is it okey
darling ?”
“sure Mam”
================
Sementara itu di
Ruang Psikiater,
“Bagaimana Dok
dengan kondisi anak saya ?”
“Begini Bu.
Trauma yang dialami oleh Aisha cukup berat. Kondisi kejiwaannya mengalami
gangguan. Dalam bahasa kedokteran, biasa dikenal dengan istilah Psikosis.
Kondisi dimana penderita tidak mampu menerima realita dengan fantasi dirinya
sehingga menimbulkan sebuah halusinasi. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan
Aisha untuk menerima kenyataan bahwa Aryo telah meninggal sejak tiga bulan
lalu. Oleh karena itu tanpa ia sadari, ia masih menganggap bahwa Aryo masih ada
dan pernikahan mereka akan segera berlangsung”
“Lalu apa yang
harus saya lakukan ? Saya tidak tega melihat keadaan Aisha Dok. Mungkin dia
terlihat baik baik saja. tapi sebenarnya dia sangat rapuh” wanita itu mulai
terisak.
“Saya mengerti
Bu. Namun kita tidak bisa mengatakan secara langsung kepada Aisha akan
kenyataan sebenarnya. Hal ini justru akan lebih menggoncang jiwanya dan malah
membuat keadaaan semakin parah. Saran saya, Aisha harus menjalani terapi. Butuh
waktu memang, tapi inilah langkah terbaik yang dapat kita lakukan”
“Saya setuju
Dok. Apapun itu asalkan bisa membuat putri sulung saya kembali seperti semula”
=============
“Cuaca hari ini
begitu cerah. Coba kalo ada Mas Aryo. Oh iya aku belum menghubunginya”
Sekali lagi
kucoba menelfon Mas Aryo.
Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau
berada di luar jangkauan. Cobalah sesaat lagi.
Ah lagi lagi
mail box ! kamu kemana sih Mas ?
Cerpen Akoeh yang Cheesy :p
Intro:
Sebelumnya gw udah jelasin kalo gw tertantang nulis cerpen setelah baca cerpennya @amrazing. Trus gw minta Uwik (temen kantor gw) buat ngasih gw tantangan. Doi nyuruh gw nulis cerpen dimana harus ada tiga kata yang udah dia tentuin dan harus ada di dalam cerpen.
tiga kata itu adalah : cabul, bully, tertohok
Dan inilah cerpen yang gw tulis di sela sela pekerjaan kantor hahahaha. Maap yee kalo rada rada tennlit ato sedikit "cheesy". Happy reading guys :D
=======
I'm friends with the
monster that's under my bed
Get along with the
voices inside of my head
You're trying to save
me, stop holding your breath
And you think I'm crazy, yeah, you
think I'm crazy
Suara indah Rihanna mengalun kencang lewat nada dering handphoneku.
Dengan mata setengah terpejam kuraih iphone yang berada tepat di samping kasur.
02.15. SULIS. Oh Sh*t. ada apa dengan bocah ini ? Mungkin hidupnya di dunia
hanya didedikasikan untuk menganggu ketenanganku saja. Ingin rasanya membiarkan
Rihanna terus berteriak kencang tapi
Sulis tentu takkan tinggal diam. Ia pasti akan meneror dan terus meneror,
memastikan aku mengangkat telfonnya.
“Kenape ?” sengaja kuselipkan nada judes agar dia merasa bersalah
telah mengangguku.
“Uwiiikkkkkkk !!!!!!” terdengar suara girang Sulis dari seberang sana.
“Ada apa sih Lis ? Lo gatau ini jam berapa ??? jablay aja baru pulang
tauk”
“Hahaha ko lo tau banget sih jadwalnya para jablay ? Sering diajak
mangkal sama mereka yaa ? hahaha”
Belum sempat aku membalas ledekannya, dia kembali berkata “Hari ini
kan ulangtaun gue wik. Masa lo lupa sih ? pokoknya hari ini lo harus mau
nemenin gw kemana pun gw mau. Ntar gue jemput yaa. Dah wiiiiikk..”
Klik.
Telfon pun terputus tanpa sempat ku menolak perintahnya. Iya
perintahnya dan bukan ajakannya. O M A I G A T. Dosa apa yang telah kuperbuat
di masa lalu Tuhan ??? Kenapa hidupku miris seperti ini ?
Ah sudahlah, percuma saja aku menggerutu. Lebih baik aku kembali tidur
sebelum setan itu datang dan merusak hari indahku.
====
Hai. Perkenalkan namaku Dwi Indah. Biasa dipanggil Uwik. Umurku 22
tahun. Aku imut, lucu, mungil, dan menyenangkan *setidaknya menurutku*
Apa ? kalian penasaran tentang pria semalem ? percayalah padaku, tak
ada untungnya bagi kalian mengenalnya. Oke oke aku akan menjelaskan jika kalian
memaksa. Toh aku tak ada pilihan lain kan -____-
Namanya Sulis. Dia 3 tahun lebih tua dariku. Aku dan Sulis telah
saling mengenal bahkan sejak kami masih berada di kandungan ibu kami masing
masing. Mungkin ini terdengar berlebihan, tapi yaa memang begitulah keadaannya.
26 tahun lalu ibu Sulis yang notabene adalah pendatang baru di
kompleks kami berinisiatif untuk mendekati ibuku. Ia sering mengirimkan makanan
atau masakan buatannya yang terkenal amat sangat lezat. Dan sejak itulah kedua
ibu kami saling dekat.
“brug brug
brug”
Suara langkah
kaki membuyarkan lamunanku. Huh ! Aku tau pasti siapa dalang dibalik langkah
kaki ini. Dan dalam hitungan ketiga, satu dua ti ….
“Uwiiikkkkkk”
sesosok kepala muncul dari balik pintu kamarku.
“yok kita
berangkat” sapanya dengan suara ceria.
“mau kemana sih
lis ? lo udah gede. Udah ga jaman ngerayain ulangtaun. Kaya masa kecil kurang
bahagia aja” sahutku ketus.
“oh jadi lo
gamau nemenin gue ? yaudah deh kalo gitu”
“iya iya gue
temenin”
“ah lo emang
paling baik sedunia” jawab Sulis sambil berusaha memeluk ku. Untung aku sempat
menghindar.
Yah begitulah
aku. Selalu tak tega menolak jika dia sudah mulai mengeluarkan jurus
terjitunya, memelas dengan tampang anak kecil. Tak pernah sekalipun aku menolak
perintah dan selalu mengikuti setiap kemauannya. Padahal dia selalu membullyku.
Ah mungkin aku memang terlalu lemah dan bodoh.
Satu jam
kemudian kami berdua sudah berada di salah satu mall terbesar di Indonesia. Dan
kalian tau dia mengajakku kemana ? Menemaninya kencan buta !
Kenapa sih wik
hidup lo begini amat ? pacar ga punya, sahabat pun kerjaannya nindas mulu.
“wik gue deg
degan nih. Gue baru kenal sebulan yang lalu via path. Doi duluan yang add gw.
Anaknya manis banget loh. Kalo di foto sih boobsnya gede, lo mah kalah wik
hahaha”
Kampret. Dasar
otak cabul bin mesum.
Refleks aku
injek aja kakinya biar tau rasa sekalian. Enak aja ngata ngain orang.
“ampun wik
ampun, gue becanda doang kali. Gitu aja marah hahaha. Eh gw udah ganteng belom
wik ? wangi ngga ? gue ngga keliatan ..”
“itu dia bukan
? “ potongku.
Mata Sulis
langsung mengikuti telunjuk jariku. Dan yup dugaanku benar. Dari arah selatan muncul
seorang perempuan manis *oke aku akuin” dan *ehem* sangat feminim. Beda sekali
denganku yang berpenampilan apa adanya. Kenapa aku ga dandan dulu sih tadi ?
kan seengganya ga malu maluin banget kaya sekarang.
“Hai. Kamu
pasti Sulis yaa ? aku bella” sapanya sok ramah.
Otakku segera
menscanning dengan cepat. Penampilan ? hmm not bad. Muka ? ga jelek sih tapi ga
secakep di path, pasti efek camera 365 hahaha. Tanpa kusadari aku mengeluarkan
suara tawa dan mengundang pandangan aneh dari Sulis.
“lo kenapa wik
? gila ? tiba tiba ketawa gitu..”
“gapapa ko.
Udah kalian ngedate aja sana. Gue mau ke aigner dulu”. Sialan Sulis, bukannya
ngebela aku malah ngeledek. Mending cuci mata di toko kesayangan.
Akupun pergi
meninggalkan Sulis dan Bella berduaan. Daripada jadi obat nyamuk ? Ihh ogah
banget.
Namun sebelum
aku pergi meninggalkan mereka, selintas aku melihat Bella merangkul lengan
Sulis.
Jleb !
Ko kaya ada
rasa tertohok gitu ? Ah mungkin efek belum makan malam nih. Ngga mungkin aku
kesel ngeliat mereka bermesraan. Toh selama ini aku ga pernah nggap Sulis lebih
dari sekedar tukang bully.
Baru 30 menit
aku berada di Aigner, iya aku memang teramat betah kalau sudah berada disini,
Iphoneku memekik riang dan tertera nama Sulis disana.
“ iya kenapa
lis ? gue gamau ganggu first date kalian”
“lo dimana ?”
“gue di Aigner.
Kenapa ? udah kelar kencannnya ?”
“gue kesana
yaa. Tungguin”
Tak sampai 10 menit,
Sulis pun datang menghampiriku.
“udah makan
belom ? gue traktir. Kan gue ulangtaun”
“tapi gue ngga
nyiapin kado apa apa buat lo”
“ngga usah. Lo
aja udah lebih dari cukup ko buat gue”
“hah ? lo sakit
yaa lis ?” aku pun meraba keningnya. Tapi tak ada tanda tanda panas tuh.
Sulis hanya
memandangku lembut dan meraih tanganku.
Deg !
Ko tiba tiba
aku jadi salah tingkah gini sih ? dan kenapa aku nerima aja dia megang tanganku
? seharusnya aku minggirin tangannya dia dong dan bukannya menikmati seperti
saat ini. Apah ? menikmati ? oh God, just kill me now !
“Mau pesen apa
?”
“apa aja deh
yang penting mengenyangkan. Gue laper banget nih gara gara nungguin lo kelar
ngedate”
Setelah selesai
memesan, aku merasa Sulis hanya memandangiku. Apa banget sih Sulis. Kenapa jadi
aneh gini sih ?
“lo kenapa lis
? daritadi aneh banget gue perhatiin. Lo kesambet ?”
“Don’t you fell
some heartache inside ?”
“hah ? sakit
jiwa nih anak “
“hahaha uwik.
Lo ngga ngerasa cemburu gue bareng bella tadi ?”
Deg ! Sulis tau
gue cemburu ? ah ga mungkin.
“ ih apaan ?
ngarang deh lo”
“okey kalo lo
emang gamau ngakuinnya, then let me take the lead. Gue suka sama lo wik. Alesan
gue selalu ngangguin lo karna gue pengen lo terbiasa dengan keberadaan gue
sampe sampe lo gabisa kalo gada gue. Childish memang. Tapi inilah gue. Gue
memang ga romantis”
“Lo serius lis
? karna kalo lo becanda ini ngga lucu sama sekali” tegasku.
“kalo lo segitu
ngga yakinnya sama gue, lo bisa liat dan bedain sendiri, gue boong apa ngga. Lo
kenal gue udah lama wik, jadi lo pasti tau kapan gue becanda dan kapan gue
serius”
Aku melihat
matanya. Tak ada kesangsian disana. Dan saat ku mendengar suaranya tadi, aku tak
merasakan sedikitpun keraguan.
“Sumpah gue
kaget banget denger pernyataan lo dan gue gatau harus ngerespon apa. Jujur gue
cemburu saat Bella dengan gatelnya ngerangkul rangkul lo. Gue aja temen lo dari
kecil, ngga pernah lis. Tapi gue juga gatau dengan perasaan gue sendiri”
“iya wik,
gapapa ko. Pelan pelan aja yaa” Sulis pun membelai lembut kepalaku.
Aku mengangguk
pelan.
Oh men, sulis
ngga pernah se sweet ini. Apakah aku juga suka sama Sulis ? aku gatau tapi aku
suka dengan perlakuan barunya, suka banget.
Biarlah,
biarkan waktu yang menjawab. Karna toh tak ada deadline dalam hubungan kami.
Kekekkekekek ~
Blog Aku Aktip Lagi :D
Setelah hampir setahun pergi tanpa jejak ......
Kau datang dan pergi sesuka hatimu
ooowww ~
Kejamnya dikau
Sakitnya hati padamu
Akhirnya gw kembali menjamah blog kesayangan. Sebenernya gw juga punya tumblr yang umurnya udah setaun *gw juga tau karna ada notif di gmail*
Bak kekasih gelap/kekasih bayangan atau sebagai kekasih yang tak dianggap aku hanya bisa mencoba bertahan, kuyakin kau kan berubah *lama lama gw kaya saipul jamil nih*apa apa dinyanyiin*ampuni aim yaoloh*
Si tumblr ini sering gw cuekin. Gw juga bikinnya gegara ikut ikutan, panas liat geng sebelah punya tumblr.
Gimana mau ngrusin tumblr, blog ini aja tumbuh tanpa arah dan tujuan, apalagi luapan tatih tayang. Yaa wajarlah si tumblr sedikit terabaikan. Apalagi gw kan orangnya tipe setia. Uhuk ! *Ngga ada hubungannya meg*
Mungkin kalo tumblr itu bisa ngomong, dia udah bisa panggil mama papa. Udah bisa jalan jalan lucu dengan tertatih tertatih, ato mungkin udah bisa nyanyi teganya teganya teganya ~ *tuh kan nyanyi lagi*
Gw juga gatau isi tumblr gw apaan. Mungkin hanya beberapa kalimat pengantar atau malah kosong sama sekali. Yaa ngga beda jauh lah sama hati gw. Kosong dan hampa.
#abaikan#mega mulai curhat#penyakit galaunya kambuh#maklum gada duit buat beli obat#udah dong hashtagnya#kebanyakan euy !#
Anyway, hari ini gw bakal isi blog dengan beberapa cerpen gw. Ngga banyak sih sebenernya, cuma dua hehehe.
Awal mula ceritanya sampe kenapa gw bisa bikin cerpen, jadi gw abis kepoin twitternya @amrazing. Dan disalah satu twitnya ada link yang menghubungkan twitter doi dengan blognya. Dan disanalah gw mendapat ilham. Gw resapi cerpennya dan menurut gw bagus anet !
Sejak itulah gw merasa tertarik dan tertantang untuk menulis cerpen. Apalagi gw kan kerja sebagai Creative/Scriptwriter di Indosiar (Iya gw tau ini mantan tipi elang dan naga terbang, tapi sekarang udah ngga ko. Kita udah move on jadi tivi dangdut berbasiskan syariah solalilali solalala ~)
Kerjaan gw pastinya bergubungan dengan dunia tulis menulis dong.
So, ngga ada salahnya gw mencoba menulis cerpen. Gw pribadi menganggap menulis itu adalah hal yang gw sukai dan menyenangkan (seengganya sampe detik gw menulis ini). Tulus juga bilang begitu ko ~
Yaa walaupun kadang suka bingung harus menulis dari mana, gimana cara nyingkronin dari satu topik ke topik lainnya, nyari ide nulis/cerita, gimana cara bikin tulisan itu tetap menarik dan enak dibaca. Dan satu lagi, gimana caranya biar ngga males nulis. Ini nih paling krusial dan paling penting.
Anggap ajalah ini seninya menulis hahahaha
Udah ah, muqadimahnya kepanjangan deh. Mending langsung pindah lapak ke cerpen gw. Yuks berangkat :D
Langganan:
Postingan (Atom)